Sabtu, 29 November 2014

GUGU

by Rizkika Mahzura

Dia adalah seekor domba tertinggal
Di sebuah savana yang mengelabu dalam kejinggaan
Bayangan sehelai rumput terbentuk di bibir bawahnya
Rumput yang tersangkut di sela gigi, membuatnya gugu dalam gemerlapan bintang-bintang ranum

Dia juga buta
Malam tak lebih gelap dari dunia yang dilaluinya
Dagunya membungkuk
Matanya ditelan perut bumi
Bola matanya sehitam batu bara
Tapi lihat! Batu bara itu itu tidak terbakar
Hanya sesekali ia menggenang

Dia kehilangan api
Dia kehilangan panas dan gairah yang seharusnya takdirnya
Dia hanya gugu saat jilatan api Sang Surya mengemban tugas
Dia si batu hitam yang kehilangan dan ketinggalan
Hidup dalam anomali
Menyimpan suaranya dalam sebuah guci.

Kamis, 27 November 2014

Malaikat Fana dan Cahaya


Oleh: Rizkika Mahzura

Ini tentang proses pendewasan dan pencerahan...

Suatu hari pernah saya bertanya secara random dan liar pada diri sendiri. Seperti apakah wujud malaikat yang diciptakan dari cahaya itu? Disini saya tidak akan memaparkan tentang perintah Allah SWT yang menyuruh para malaikat (beserta iblis) bersujud pada Adam AS manusia pertama yang diciptakan dari tanah. Tidak juga tentang pembangkangan iblis atas perintah itu. Pertanyaan saya hanya terfokus pada wujud malaikat.

Malaikat

Imaji yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita saat membayangkan malaikat pastilah sayap. Sayap sudah seperti simbol resmi malaikat. Banyak literatur, seni lukis dan arsitektur dari berbagai agama mempercayai hal tersebut. Dari sudut pandang islam, wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur'an surah Faathir 35:1 yang berbunyi:

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." - Faathir 35:1.

Wujud fisik malaikat memang misteri dan saya akan meninggalkan pertanyaan itu sampai disini, karena seperti apapun wujud malaikat adalah hal yang gaib. Sementara manusia yang hidup di dunia non-gaib, dengan pemikiran yang terbatas, hanya bisa mereka-reka dalam absurditas dari apa yang tertulis dan dibaca dalam kitab-kitab maupun karya-karya sastra. Inti dari wujud malaikat yang akan dibahas dalam tulisan ini cenderung mengarah pada sifat-sifat malaikat yang tampak pada wujud fana, yaitu manusia.

Manusia-manusia Cahaya

Sekalipun manusia tidak tercipta dari cahaya layaknya seorang malaikat, namun cahaya itu juga bisa ditemukan dalam diri manusia yang berdiri disisi kebaikan. Yang tidak dimiliki malaikat namun dimiliki manusia adalah kebebasan berkehendak (free will).

Kebebasan itu lantas membentuk sebuah dualitas kehidupan yang teraplikasi dalam tindakan dan pilihan. Gelap terang, baik buruk, ya dan tidak. Inilah yang disebut sic et non oleh Peter Abelard (1079-1142).

Sifat-sifat lain yang dimiliki malaikat adalah selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti, suci dari sifat-sifat manusia dan jin seperti; hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya. Malaikat juga selalu takut dan taat kepada Allah, tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya, tidak makan dan minum, mampu mengubah wujudnya, memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya.

Pernahkah Anda menemukan sifat-sifat di atas terdapat pada diri manusia? Kalau saya pernah. Beberapa kejadian dalam hidup saya menampakkan seberkas cahaya dari malaikat pada amal baik yang dilakukan orang-orang di sekitar saya, dan sayapun turut merasakannya.

Ini adalah satu pengalaman berharga dalam proses pengenalan diri saya pada sifat-sifat cahaya. Berbicara tentang pengalaman kita harus kembali ke masa beberapa tahun yang lalu.

Ketika saya beranjak remaja, saya mengalami konflik yang cukup rumit dengan orang tua saya. Khususnya ibu saya. Ketika itu antusiasme saya masih berapi-api pada lawan jenis. Saya menjalani hubungan cinta dengan seseorang yang menurut ibu saya tidak sopan dan tidak jelas. Namun karena terlalu tergila gila dengan lelaki itu, saya sering bertengkar dengan ibu dan pernah minggat dari rumah. Saya bisa disebut durhaka karena lebih memilih percaya dengan pacar daripada ibu sendiri. Jelasnya, banyak sekali saya menyakiti hati perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan saya tersebut.

Namun bersama waktu yang bergulir, Tuhan membukakan mata saya. Pacar saya ternyata bukan orang yang baik dan hubungan kami berakhir. Perlahan-lahan hubungan saya dan ibu saya kembali membaik. Saat itu saya sadar kalau pilihan orang tua terutama ibu tidak pernah salah, bahkan sekarang saya menyesal pernah melawan dirinya. Ibu adalah penyelamat yang dikirimkan Tuhan dalam hidup saya. Saya melihat sosok malaikat dalam diri ibu saya, dari kasih sayangnya, ketulusan cintanya, adalah hal-hal yang tak mungkin saya balas dengan sempurna. Cinta ibu pada anak tidak akan bisa disamakan dengan cinta dari siapa pun kecuali Tuhan.

Ibu hanyalah satu dari banyak contoh malaikat-malaikat kasatmata yang ada di dunia dan yang terdekat denga kita. Masih ada para dermawan, pahlawan, pemimpin yang baik, teman yang setia, saudara yang saling mengasihi, para guru dan dosen, para petani, para pemikir, ilmuan dan masih banyak lagi. Semua itu bisa dilihat dari sumbangsih amal, keikhlasan dan ketulusan. Bahkan dengan tersenyum tulus, cahaya malikat bisa terpancar bagai aura magis dari wajah kita. Kita tidak perlu punya sayap atau punya kecepatan cahaya atau mempunyai kemampuan mengubah wujud dan menahan nafsu manusiawi kita untuk bisa jadi malaikat. Kembali pada diri kita dan dualitas yang ada. Kita bisa menjadi malaikat dan iblis sekaligus karena adanya free will. Semua pilihan ada di tangan kita, apakah kita memilih terang atau sisi kontradiksinya.

November 2014