Selasa, 30 September 2014

Sonnets 04: Only Until This Cigarette Is Ended



 
Sonnets 04: Only Until This Cigarette Is Ended

Only until this cigarette is ended, 
A little moment at the end of all, 
While on the floor the quiet ashes fall, 
And in the firelight to a lance extended, 
Bizarrely with the jazzing music blended, 
The broken shadow dances on the wall, 
I will permit my memory to recall 
The vision of you, by all my dreams attended. 
And then adieu,—farewell!—the dream is done. 
Yours is a face of which I can forget 
The color and the features, every one, 
The words not ever, and the smiles not yet; 
But in your day this moment is the sun 
Upon a hill, after the sun has set.


Edna St. Vincent Millay




Sabtu, 27 September 2014

Artifisial

Sun ray touched the wet ground
It caused the dry and dust
You touched the frozen heart
Then it melted

Masih terkurung dalam lingkaran yang belum berevolusi. Haha. Ya, tragedi. Dia tertidur dan membuka mata di pagi yang sama. Saat dia terbangun, yang pertama kali dicarinya adalah cermin dan bayangan dirinya. Lingkaran gelap di kelopak bawah mata masih utuh. Dengan putih yang memerah disorotnya. Setiap hari dia hanya tidur selama tiga jam. Setiap pagi dia harus mengejar kelas pagi yang menyebalkan. Dan setiap malamnya dia tak henti berpikir. Merasionalkan yang absurd dan mengabsurdkan yang rasional.

Tapi dia sangat berhasil dengan beban lakon dalam proyek takdir hidupnya.

Lihat saja make up nya. Dia melukis garis-garis keras di wajah. Dia juga mengatur letak bola matanya ketika berjalan tegas di trotoar, kau akan melihatnya bagai sosok apatis dan kejam. Lalu dia bercengkrama dengan teman-teman perempuannya yang hanya beberapa. Bersama mereka dia tertawa, tampil baik dengan senyum sempurna.

Lihat saja di mata para lelaki itu, rasa penasaran yang tak terlampiaskan membuncah ruah disana. Dia menemukan banyak mata yang seperti itu dan dia tak banyak peduli. Dan lihat saja di mata gadis-gadis itu, senang atau tidak, apa urusannya dengan hidupnya? Dia lebih tidak peduli lagi. Maklum saja, dia lahir saat carnation bermekaran. Dia menyimpan rapat sebuah rasa yang mendilema. Melemahkan. Dia selalu bersembunyi. Tak mau seorangpun tahu APA kelemahannya.

Pernah dia menganggap dirinya bodoh karena memelihara kelemahan. Dan dia berusaha mengenyahkannya. Namun dia tak menemukan pelipur lara yang mampu bertahta di atas kelemahannya tersebut. Dia amat lelah melawan, tak ada gunanya memberingas memberantas. Jadi kini ia terdiam dalam gelap kamarnya. Mendengarkan lagu-lagu tinggi. Memikirkan cara untuk melarikan diri dari kenyataan. Untung saja dia masih punya keluarga. Ibu, kakak, adik, kakak Ibu, dan keponakan-keponakan lucu. Jadi dalam waras, dia masih bisa mengesampingkan rasa waulahu'alam itu dengan bermimpi. Mimpi yang tinggi-tinggi dengan segudang nazar yang baik. Hingga dia lupa dengan niat pelarian diri itu.

Yah, kurasa dia memang bodoh. Dia banyak berspekulasi tentang lawan jenisnya. Dalam ketidakpedulian masih ada getir optimisme untuk mengejar cintanya. Getir satirnya. Haha. Bagiku ini tak lebih semacam kisah komedi kolosal. Dia begitu kolot mencintai dalam diam. Apa gunanya Kartini memperjuangkan emansipasi? Untuk apa ada gender balancing? Tapi namanya cinta, tak bisa dilogikakan. Apalagi dicerdaskan. Cinta itu bukan di kepala, sayang. . . tapi disini. Di hatiku. Di hatinya. Cinta itu tak searus dengan nalar. Cinta itu searus dengan intuisi dan emosi. Kalau kau tak paham juga, kudoakan agar dia menemukan akhir keabsurdannya. Kudoakan agar kau tetap hidup baik sebagaimana mestinya.

Karena dia tak pernah memaksakan.

Tak pernah mendendam.

Tahu diri.

Pasif.

Tidak punya kebodohan lain selain jatuh cinta pada seseorang berhati remuk yang lugu dan kolot.

Dia juga sangat peka.

Aku tahu itu. Aku kenal dia. Aku kenal diriku dan perasaanku. Sialan! Kurasa aku lebih suka orang ketiga tunggal dalam narasi. Karena dalam kasus ini, aku lebih suka berada di posisi 'dia' daripada aku. (If you know what I mean. . .)

Baiklah, kesimpulannya, dia mungkin tidak mencintaimu. Kau sama sekali bukan tipenya, idolanya, hahahaha. Dia mungkin hanya menyukai eksistensimu yang pernah ada di dekatnya. Dia mungkin merasa lengkap saat omong kosongnya didengar olehmu. Dia mungkin jatuh cinta pada dialog-dialog kotormu. Dia mungkin terjebak dalam sekotak kenangan yang pernah kau tinggalkan untuknya. Dia mungkin tak selamanya karam begini, akan ada tangan abadi yang menariknya dari gelap palung ke permukaan yang terang bercahaya.

Entah itu tanganmu. Entah tangan orang lain. Tapi tangan itu pasti datang dan mengoyak wajah palsunya.

She still covers her face with a hard lines of makeup
Her lovely messy hair
Walking alone through the night city
Whispering
It's a mortal
It has an end. . .

Kamis, 25 September 2014

Hi July

Hi.
How are you?

I apologize before for everytime I made you feel nasty of everything about me. About me. Yes there's nothing left important to you about me. You gone and live happily in peace. But the deals work in the other hand in me. Awkward and absurd. Thanks. You did your best. Even while I was writing my words, I still kept running for the reality. The reality that I kept secretly in the silence of my untold and unseen and unreasonable passion. I think you know who I mean if you are truly smart enough as I used to know.

I'm going to start with the smallest fucking damage in me. I miss you. Sorry to say, I really hate it. Yes it ain't any of your business or problem actually. I had done anything to re-health my mind but thousands sorry, I failed. Well, you can imagine how sick I am right now. Let's laugh out loud. Shout at me hey you fool bitch go to the hell. Then, I will laugh with you.

It was a long long story. Too boring to you and too painful to me. For God sake, I'm so tired of my life. You ain't the only problem God has given to me. I give up to be blunt. I give up for everything which I damn don't wanna tell you. If I'm strong enough, I will keep it forever. I ate cigar and drink chivas, to push you from my head. I succeed. But hell, in my solitude late night, you always comeback. Fuck you. Fuck you!

As you said, I am just secondhand, dirty and far from your love affair. Honestly, you too. So naive, unemphatic and far from my type. But I stuck on you. Ass! You gone but your shadow still haunted me as long as I keep it. Let me hope, if this swine letter finish, I get my freedom. I am too tired and sick. I wanna be normal again like long time ago before our first meeting in the first day in college. You sat on the terrace of Building I and belonged with your cigar. I loved it. You look so pretty, dear. Well, I think you don't have same memories. Because, you treated me like a bitch in the first till the end. But I like your honesty. Oh ya, that's why I never belong to any guy, until now. Until I find another you who will just kill me instantly, not like you did.

I know you belong to someone. And you never see me cry of it, but I still receive it. I pray to God to erase the scenes where you live everlasting in my head but God give me the worst. You shouldn't feel the same and yeah I'll take all of your nastiness. Listen. I want to feel free and relive. Enough. I just want you to know the truth. I don't care of your response. I passed the late year with no soul. I play riddle and puzzle and throw em into the trash because they just make me morbid. I hope you find your joy with a sweet lovely girl soon.

Thanks for reading.

Love you
Bitch

Senin, 01 September 2014

Happy Birthday Anastasia

Jarum detik menyuruhku melihat ke arahnya yang marah mencak.

"Kau selalu selalu lupa waktu, Margaret."
"Tolol! Namaku Kika. Bukan Margaret."
"Ya. Siapapun kau! Berhentilah sejenak dari pencarianmu. Lihat aku. Sudah jam berapa ini? Sudah tanggal berapa?"

Dia memperlihatkanku siapa yang datang. Aku membuka mataku lebar-lebar dan nyaris pingsan.
Hari ulang tahunmu!

For God sake.
Aku belum menyelesaikan partitur laguku. Aku belum menjahit gaun pesta. Aku belum membeli kado. Aku belum menerbitkan novel pertamaku. Aku belum membeli terigu untuk tart-mu. Aku belum melakukan apapun sebagai sahabatmu. Dan tiba-tiba saja umurmu telah bertambah.

For God SAKE.
Apakah aku ini sahabatmu? Umurmu baru dua puluh tahun sedangkan rasanya kita sudah kenal ratusan abad. Aku mungkin bukan satu-satunya sahabat yang mencintaimu. Yang bisa menggambar atau yang bisa mengedit fotomu supaya tampak lucu. Yang bisa hadir di hari spesialmu dan menciummu di bibir. Muach. Terimalah ciuman jauhku.

Selamat ulang tahun Anastasia Bernadette. Doaku selalu yang baik-baik. Kurayakan hari ulang tahunmu di tempat terpencil. Di tengah hutan. Bernyanyi bersama pohon-pohon dan kabut tipis. Menceritakan kenangan-kenangan, hitam dam putih perjalanan kita pada seekor Thomas Monkey. Kau tak mungkin suka tempat ini. Kau juga tak akan suka dengan Tom. Aku tidak bisa memberitahumu segalanya sekarang. Dan jangan bertanya-tanya dulu, oke?

Sekarang rayakan hari bahagiamu dengan bahagia. Aku akan melihat kebahagiaanmu dari jauh. Maaf aku terlalu misterius belakangan ini. Aku sekarang sadar, aku nggak suka main path. Terlalu mainstream.

Happy birthday.

https://www.facebook.com/anastashia.bernadetta?ref=ts&fref=ts